Sabtu, 08 November 2014

JEJAK LANGKAH WAIHELAN PURBA

JEJAK LANGKAH WAIHELAN PURBA
*** Oleh; D.N. Boli & A2H)

Waihelan adalah sebuah kampung kecil di lereng bukit Seburi. Secara etimologi kata Waihelan berasal dari dua suku kata dari bahasan lamaholot yaitu “Wai yang berarti “Air yang memiliki cirri-ciri dasar dingin, kehidupan, keteduhan dll” dan “Helan” berarti “Minyak yang memiliki cirri-ciri dasar adalah pelicin dan pelumas” sehingga secara harafiah makna dari “Waihelan” adalah sebuah tempat dimana merupakan sumber kehidupan, keteduhan yang mampu membersihkan segalah kotoran dan kesalahan melalui kekuatan minyak sebagai pelican dan pelumas. Atau dengan kata lain Waihelan adalah pusat dari segalah yang hidup, sumber kehidupan, awal dan akhir.
Secara mitologi yang sudah turun temurun dituturkan bahwa dahulu kalah dipulau Adonara sering terjadi perang antara dua kelompok manusia. Waihelan sebagai penghuni Lereng bukit menempatkan kekuatannya di empat sudut untuk melindungi kawasan subur yang bersejarah itu. Empat sudut tersebut antara lain, “Koten selan buli lolon” sebagai pusat dan kepala dari Kawasan tersebut, “Lein lawe belo buto” sebagai penjaga Bliwang dari arah pantai, “Hikun Kuma Tapo bali” sebagai penjaga wilayah bagian kanan yang juga merupakan daerah pintu masuk penyerang (Bliwang; lamaholot) dan “Wanan Liwo lama nebo” sebagai penjaga Kawasan dibagian Kiri. Dalam proses perang selesai waihelan yang menjadi tempat pembersihan dan pendinginan para prajurit perang. Dari cerita ini jelas ada hubungan dengan makna waihelan secara harafiah yang merupakan tempat pembersihan (Geleten Plumut; lamaholot), sumber kehidupan, awal dan akhir.
Sejarah perkembangan peradaban masyarakat Waihelan dimulai dari puncak seburi yaitu di dataran subur yaki korak. Korak adalah tempat pertama dan utama munculnya peradaban tersebut. Di korak itulah nenek moyang orang waihelan hidup dan membangun kampungnya dengan nama “Danibao eb’ang”. Di waktu tertentu yang sudah sangat lampau, cuaca berubah menjadi lebih panas “ekan Plate” air laut naik mencapai “lewo danibao ebang” dan meluluh lantakan kawasan” Danibao ebang” (Belebo-Lebo). Nenek moyang orang waihelan lari meyelamatkan diri kesegalah arah, dan ada sebagian (seorang laki2 dan seorang perempuan) yang disebut “pemimpin” (mehene : lamaholot) pergi ke tempat yang lebih tinggi di sekitar Danibao ebang untuk meyaksikan tengelammya kampung mereka. Tempat itu kemudian dinamakan “Angi Wewa tana Mate” yang mana tempat tersebut tidak menjamin adanya kehidupan yang layak. Beberapa saat kemudian dalam kurun waktu yang lama air laut yang naik tersebut akhirnya turun (Buta mete walan Marah) dan meninggalkan sisa air lautnya dilekukan dekat danau air tawar dan sampai saat ini air itu tetap asin. Kehidupan nenek moyang orang Waihelan di “angi wewa tana mate” sangat sengsara akhirnya berpindahlah mereka ke salah satu tempat yang bernama “rita lama Waleng”. Tempat tersebut sudah dihuni oleh beberapa orang yang juga merupakan pelarian dari Danibao ebang saat terjadinya belebo-lebo. Ditempat itulah kemudian mereka hidup bersama dengan para penghuni Rita Lama waleng.
Karena ingin membangun keluarga bersama pasangannya nenek moyang orang waihelan tersebut meminta kepada penghuni Rita Lama waleng sebagai “kakak” (Yang datang lebih dahulu ke rita lama waleng) untuk berkebun, beternak dan mengiris tuak di kawasan bagian timur rita Lama waleng dan tempat itu akhirnya diberi nama “ Kewewa Wuhung”. dalam proses perkembangannya mereka melahirkan tujuh orang anak laki-laki. Ke tujuh orang anak itu tumbuh dewasa dan mulai membangun kampungnya yang di beri nama kewewa wuhun dan masing-masing anak membangun rumahnya masing-masing. Dari ketuju anak itu kemudian menghasilkan ketujuh suku di Kewewa wuhun.

(bersambung…..1. perkembangan Peradaban waihelan. 2. System kepercayaan. 3. Mata pencaharian. 4. Bahasa. 5. Kekeraban. dan 6. Keajaiban dan ritual puncak seburi dll). Penulisan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, berkat sumbangan pemikiran dari smuanya adalah kesmpurnaan dari tulisan ini..ini adalah awal mula… kalau hari ini kita tidak memulainya kapan lagi???.... sumbangan pemikiran sangat saya butuhkan untuk melengkapi dan mempertajam analisa saya mengenai bumi lamaholot.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar